Balai Desa Ringinputih

Ringinputih, inilah desa kami, tumpah darah dan tempat kami merajut mimpi. Sejarah adalah masa lalu, tapi kami sebagai pemuda ingin mencacatakan sejarah bagi generasi yang akan datang, disini, di desa kami tercinta - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Sinoman

Kami adalah sinoman yang harus siap untuk menyediakan waktu, tenaga dan pemikiran kami untuk nyinom, membantu sesama, belajar bermasyarakat dan menempa diri agar kelak siap ketika membaur dalam masyarakat - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Kerja Bhakti Bersih Dukuh

Gotong Royong adalah salah satu wujud kepribadian Bangsa Indonesia. Pemuda sebagai generasi penerus harus mampu menjadi pelopor, meneladani para sesepuh dan menjadi teladan bagai generasi yang akan datang - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Melestarikan Seni dan Budaya

Kami sadar bahwa kami hidup di era teknologi, seni dan budaya mulai dianggap sesuatu yang kuno, tapi kami yakin dengan kreativitas dan kerja keras kami, akan ada buah yang dapat kami petik dari usaha kami dalam melestarikan seni dan budaya - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Bersama Kita Bisa

Kebersamaan adalah salah satu kunci untuk mewujudkan mimpi kami, bahu membahu dalam melakukan kerja sosial, bergotong royong, membangun harapan untuk desa kami yang lebih baik - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Latihan Drama/ Sandiwara

Selain Jaran Kepang, dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-70, kami merencanakan pementasan drama atau sandiwara. Para pemain sandiwara nantinya adalah dari muda-mudi Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Agar pementasan nanti lancar, kami melakukan latihan secara berkala. Berikut ini beberapa dokumentasi dari latihan yang kami lakukan.

Jumat, 31 Juli 2015

Latihan Jaran Kepang

Sebagai bagian persiapan kami dalam pementasan jaran kepang pada acara tujuh belasan nanti, kami melakukan latihan pada malam hari, karena pada waktu inilah kami memiliki banyak waktu senggang. Berikut beberapa dokumentasi latihan yang kami lakukan.

Latihan Jaran Kepang

Jumat, 26 Juni 2015

Gotong Royong (31 Mei 2015 & 14 Juni 2015)

Masih menjadi bagian dari semangat kami untuk membangkitkan kembali semangat gotong royong. Beberapa kegiatan kerja bakti kami lakukan beberapa waktu yang lalu, diantaranya adalah membersihkan makam sebelum acara nyadran digelar. Nyadran sendiri adalah acara rutin yang digelar setiap tahunnya, bertepatan saat bulan Ruwah. Kerja bakti membersihkan makam ini kami lakukan pada tanggal 31 Mei 2015 yang lalu.
Bersih Bersih Makam #1
Bersih Bersih Makam #2
Selain acara bersih-bersih makam, beberapa waktu yang lalu juga kami lakukan kerja bakti di wilayah kami, tepatnya pada hari minggu tanggal 14 Juni 2015.
Guyub Rukun
Semoga tetap berlanjut pada kegiatan gotong royong berikutnya. Harapan kami adalah cita-cita kami bersama, bukan soal besar atau kecil, tapi kami selakuk pemuda percaya bahwa hal-hal yang besar berawal dari sesuatu yang kecil, dan kami sudah memulainya. Never Give Up.

Senin, 08 Juni 2015

Membangkitkan Kembali Semangat Gotong Royong

Perkembangan jaman yang semakin maju membuat segala sesuatu begitu cepat berubah, teknologi menjadi satu hal yang paling besar pengaruhnya, generasi yang lahir di era sekarang makin tertinggal atau bahkan tak menemui masa-masa keemasan kearifan lokal, salah satunya adalah sifat kegotongroyongan. Meski masih bisa dijumpai, baik di perkotaan maupun di perdesaan, namun tingkat keikutsertaan atau intensitas gerakan gotong royong tak seperti dulu lagi. Kalau boleh dibilang buday gotong royong semakin hari semakin luntur.

Pola pikir sebagian orang yang mulai mengarah kepada hal-hal yang bersifat materialistis, egois, dan berfikir praktis, mau tak mau harus "ditangkal" dengan gerakan nyata agar gerakan sosial kemasyarakatan berupa gotong royong tetap eksis dan tetap mengakar. Didasari atas pertimbangan tersebut, mulai dari beberapa bulan yang lalu kami selaku generasi penerus dalam wadah perkumpulan muda mudi Krido Mudho Ngesthi Susilo menggagas sebuah program rutin beruba gotong royong di lingkungan pedukuhan kami.
Kegiatan ini sudah berjalan beberapa kali, biasanya sebelum menentukan lokasi yang akan dikerjakan, diadakan terlebih dahulu diskusi atau rembug. Malam sebelum pelaksanaan gotong royong akan diadakan kumpulan rutin muda mudi, tempat kumpulan berada dirumah ketua RT atau tokoh masyarakat yang lingkungannya pada keesokan harinya akan menjadi lokasi gotong royong. Pada saat kumpulan inilah nanti akan disepakati lokasi dan waktu pelaksanaan gotong royong.

Meski baru berjalan beberapa kali kegiatan gotong royong, namun kami merasa bangga karena bisa memberi sesuatu yang berbeda dari kegiatan kami dari hanya sekedar menjadi sinoman saat ada orang punya hajatan. Kami berharap kedepannya kegiatan ini bisa terus berjalan secara rutin dan bukan hanya dari kami saja selaku pemuda yang berperan serta, namun kami berharap masyarakat juga ikut bergerak bersama dalam pelaksanaan gotong royong ini.

Sekeras apapun kami berusaha kalau tidak ada dukungan dari masyarakat kiranya juga kurang ada greget. Namun, paling tidak kami sudah mulai menanam benih semangat bagi masyarakat, lewat kegiatan kerja bhakti atau gotong royong yang kami lakukan, kami berharap akan ada efek positif bagi kami selaku generasi muda, dan tentu saja efek yang lebih luas bagi mayarakat diwilayah kami.

Rabu, 27 Mei 2015

Jaran Kepang, Usaha Kami Dalam Melestarikan Seni dan Budaya

Awalnya hanya sebuah bincang-bincang biasa, gagasan untuk membuat kegiatan bagi para pemuda, untuk wadah kreativitas, dan untuk melestarikan seni bidaya warisan leluhur. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika antusiasme para pemuda mampu menembus batas nalar. Bagaimana tidak?, ketika kami putuskan untuk memulai tak tergambar kalau kami akan dapat sejauh ini, modal kami hanyalah tekat, soal modal materi tak kami risaukan karena kami percaya dengan tekat kami akan mampu mewujudkan mimpi kami. 

Jaran Kepang, ya, yang kami maksud adalah niatan kami untuk membangkitkan kembali kesenian lokal yang sempat "jaya" di desa kami. Dahulu di desa kami banyak sesepuh yang merupakan pemain Jaran Kepang, sampai sekarang juga masih hidup namun sudah jarang tampil, pun demikian dengan "bekas-bekas" kejayaan itu masih ada. Jaran (kuda), gamelan, serta perangkat kesenian jaran kepang sepertinya masih ada, namun sudah jarang dan hampir tidak pernah keluar lagi.

Maret 2015, kalau tidak salah pada bulan itu kami mulai membuat jaran kepang, benar-benar dari nol.
Menggambar bentuk Jaran Kepang
Anak-anak turut serta dalam pewarnaan
Pengecatan Jaran Kepang oleh para remaja
Bersama-sam mengecat Jarang Kepang
Yudi - Mengecat kuda dan bersenang-senang
Finishing dalam pewarnaan Jaran Kepang
Dalam pengerjaan pembuatan jaran kepang ini modal kami hanya semangat, kepercayaan dan kebersamaan, kami tidak mempunyai jadwal tetap, tapi biasanya kami kerjakan pada malam hari, siapa pun boleh andil dalam pembuatan jaran kepang ini. Ini adalah murni ide dari para pemuda, namun dari anak-anak sampai orang tua boleh berperan serta.

Melihat keseriusan kami, banyak orang yang turut membantu berupa tenaga, pemikiran, konsumsi, atau apa saja yang berkaitan dengan kegiatan kami ini. Beberapa sudah ada yang melontarkan secara lisan kesanggupan untuk membantu sekedarnya dalam kelengkapan, karena setelah kuda-kuda dari anyaman bambu ini selesai dibuat, kami masih harus berfikir tentang gamelan, seragam, dan kelengkapan lainnya.

Sampai saat ini, akhir bulan Mei, belum selesai juga pengerjaan jaran kepangnya, target awal memang akhir Mei ini bisa selesai, namun hal tersebut tak menjadi soal karena tujuan kami bukanlah soal target penyelesaian tapi pada kepuasan kami dalam berkreasi. Kami mulai berfikir kendala yang akan kami hadapi, utamanya terkait dengan dana atau keuangan, karena setelah kuda dari bahan kepang (anyaman bambu) ini selesai, kami masih harus berfikir tentang gamelan dan juga seragam, karena kami ingin pada saat agustusan nanti kami sudah bisa menampilkan hasil karya kami ini.

[bersambung pada tulisan berikutnya]

Senin, 25 Mei 2015

Kami Nyinom Karena Kami Adalah Sinoman

Kridho Mudho Ngesthi Susilo adalah perkumpulan muda mudi yang salah satu tugas atau kewajibannya adalah membantu masyarakat yang sedang punya hajat untuk mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran acara. Kami biasa juga disebut dengan istilah Sinoman. Apa itu sinoman?, dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari Sinoman adalah:

Sinoman/si·nom·an/ sekelompok pemuda yang membantu orang yang sedang mempunyai hajat sebagai pelayan tamu (terutama di pedesaan). [sumber]

Ya, salah satu tugas dan kewajiban kami sebagai sinoman kurang lebih sama seperti yang diuraikan dalam deskripsi tersebut. Saat melakukan kegiatan sinoman, kami biasa disebut dengan istilah Nyinom, barangkali ini lebih kepada aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh sinoman, makanya disebut dengan nyinom. Mohon koreksi bila kami keliru dalam mendeskripsikan.
Menata hidangan untuk tamu (dok 2008)
Bersiap menyuguhkan hidangan untuk tamu (dok 2008)
Anggota sinoman cewek (dok 2008)
Saat orang mau hajatan, biasanya jauh-jauh hari sudah melibatkan para sinoman dalam persiapan acaranya. Misalnya saja ketika orang mau menikahkan anaknya (mantu), mulai saat rubukan/ kumbokarnan, ulem, tarub, sampai saat hari H ketika acara dilaksanakan, sinoman terus terlibat aktif. Beberapa tugas sebagaimana kami sebut dalam setiap kegiatan tersebut diantaranya:

Rubukan/ Kumbokarnan
Acara ini membahas persiapan dan susuanan acara beserta dengan penentuan penanggungjawab masing-masing kegiatan

Ulem
Menyerahkan undangan kepada sanak saudara yang akan diundang dalam acara

Tarub
Mempersiapkan segala sesuatu terkait tempat dan aneka macam keperluan, misalnya pinjam meja kursi, pering gelas, dan sebagainya

Nyinom
Membantu orang yang sedang mempunyai hajat sebagai pelayan tamu dan memastikan acara berjalan lancar, utamanya dalam mempersiapkan konsumsi atau hidangan bagi para tamu

Ulih-Ulih
Entah apa istilah yang tepat, tapi di desa kami biasa menggunakan istilah ini untuk kegiatan merapikan atau membersihkan tempat hajatan setelah acara selesai digelar. Ini adalah kebalikan dari tarub, kalau tarub kami pinjam, saat ulih-ulih kami mengembalikan barang-barang yang kami pinjam sebelumnya.

Dari rangkaian kegiatan diatas bisa kami simpulkan bahwa itulah kami, kami adalah sinoman yang harus siap untuk menyediakan waktu, tenaga dan pemikiran kami untuk nyinom, membantu sesama, belajar bermasyarakat dan menempa diri agar kelak siap ketika membaur dalam masyarakat.

Perkumpulan Muda Mudi Kridho Mudho Ngesthi Susilo Ringin Putih

Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk sosial, karena tak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam bermasyarakat, ada banyak hal yang harus dipersiapkan, utamanya adalah pendidikan mental dan menumbuhkan jiwa sosial agar mampu membaur dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, butuh wadah yang bisa dijadikan kawah candradimuka bagi generasi muda agar kelak saat lepas dari masa remaja dan masa mudanya mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan bermayarakat.
Nyinom di acara resepsi pernikahan
Kami hidup bermasyarakat disebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Klaten, tepatnya berada di pedukuhan Ringin Putih, Desa Ringinputih, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Semenjak dahulu sudah mempunyai sebuah wadah yang menjembatani langkah muda mudi usia remaja atau usia muda untuk menjalani masa transisi sebelum terjun langsung ke masyarakat, di dukuh kami mempunyai perkumpulan muda mudi yang bernama Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Perkumpulan ini kami anggap sebagai tempat yang tepat untuk belajar banyak hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan khususnya. Seperti halnya sekolah, disini banyak ilmu yang bisa kami ambil, belajar dan berbagi bersama demi mewujudkan tumbuhnya pemuda yang bermanfaat bagi masyarakat, nusa dan bangsa.

[bersambung]