Balai Desa Ringinputih

Ringinputih, inilah desa kami, tumpah darah dan tempat kami merajut mimpi. Sejarah adalah masa lalu, tapi kami sebagai pemuda ingin mencacatakan sejarah bagi generasi yang akan datang, disini, di desa kami tercinta - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Sinoman

Kami adalah sinoman yang harus siap untuk menyediakan waktu, tenaga dan pemikiran kami untuk nyinom, membantu sesama, belajar bermasyarakat dan menempa diri agar kelak siap ketika membaur dalam masyarakat - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Kerja Bhakti Bersih Dukuh

Gotong Royong adalah salah satu wujud kepribadian Bangsa Indonesia. Pemuda sebagai generasi penerus harus mampu menjadi pelopor, meneladani para sesepuh dan menjadi teladan bagai generasi yang akan datang - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Melestarikan Seni dan Budaya

Kami sadar bahwa kami hidup di era teknologi, seni dan budaya mulai dianggap sesuatu yang kuno, tapi kami yakin dengan kreativitas dan kerja keras kami, akan ada buah yang dapat kami petik dari usaha kami dalam melestarikan seni dan budaya - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Bersama Kita Bisa

Kebersamaan adalah salah satu kunci untuk mewujudkan mimpi kami, bahu membahu dalam melakukan kerja sosial, bergotong royong, membangun harapan untuk desa kami yang lebih baik - Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Rabu, 27 Mei 2015

Jaran Kepang, Usaha Kami Dalam Melestarikan Seni dan Budaya

Awalnya hanya sebuah bincang-bincang biasa, gagasan untuk membuat kegiatan bagi para pemuda, untuk wadah kreativitas, dan untuk melestarikan seni bidaya warisan leluhur. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika antusiasme para pemuda mampu menembus batas nalar. Bagaimana tidak?, ketika kami putuskan untuk memulai tak tergambar kalau kami akan dapat sejauh ini, modal kami hanyalah tekat, soal modal materi tak kami risaukan karena kami percaya dengan tekat kami akan mampu mewujudkan mimpi kami. 

Jaran Kepang, ya, yang kami maksud adalah niatan kami untuk membangkitkan kembali kesenian lokal yang sempat "jaya" di desa kami. Dahulu di desa kami banyak sesepuh yang merupakan pemain Jaran Kepang, sampai sekarang juga masih hidup namun sudah jarang tampil, pun demikian dengan "bekas-bekas" kejayaan itu masih ada. Jaran (kuda), gamelan, serta perangkat kesenian jaran kepang sepertinya masih ada, namun sudah jarang dan hampir tidak pernah keluar lagi.

Maret 2015, kalau tidak salah pada bulan itu kami mulai membuat jaran kepang, benar-benar dari nol.
Menggambar bentuk Jaran Kepang
Anak-anak turut serta dalam pewarnaan
Pengecatan Jaran Kepang oleh para remaja
Bersama-sam mengecat Jarang Kepang
Yudi - Mengecat kuda dan bersenang-senang
Finishing dalam pewarnaan Jaran Kepang
Dalam pengerjaan pembuatan jaran kepang ini modal kami hanya semangat, kepercayaan dan kebersamaan, kami tidak mempunyai jadwal tetap, tapi biasanya kami kerjakan pada malam hari, siapa pun boleh andil dalam pembuatan jaran kepang ini. Ini adalah murni ide dari para pemuda, namun dari anak-anak sampai orang tua boleh berperan serta.

Melihat keseriusan kami, banyak orang yang turut membantu berupa tenaga, pemikiran, konsumsi, atau apa saja yang berkaitan dengan kegiatan kami ini. Beberapa sudah ada yang melontarkan secara lisan kesanggupan untuk membantu sekedarnya dalam kelengkapan, karena setelah kuda-kuda dari anyaman bambu ini selesai dibuat, kami masih harus berfikir tentang gamelan, seragam, dan kelengkapan lainnya.

Sampai saat ini, akhir bulan Mei, belum selesai juga pengerjaan jaran kepangnya, target awal memang akhir Mei ini bisa selesai, namun hal tersebut tak menjadi soal karena tujuan kami bukanlah soal target penyelesaian tapi pada kepuasan kami dalam berkreasi. Kami mulai berfikir kendala yang akan kami hadapi, utamanya terkait dengan dana atau keuangan, karena setelah kuda dari bahan kepang (anyaman bambu) ini selesai, kami masih harus berfikir tentang gamelan dan juga seragam, karena kami ingin pada saat agustusan nanti kami sudah bisa menampilkan hasil karya kami ini.

[bersambung pada tulisan berikutnya]

Senin, 25 Mei 2015

Kami Nyinom Karena Kami Adalah Sinoman

Kridho Mudho Ngesthi Susilo adalah perkumpulan muda mudi yang salah satu tugas atau kewajibannya adalah membantu masyarakat yang sedang punya hajat untuk mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran acara. Kami biasa juga disebut dengan istilah Sinoman. Apa itu sinoman?, dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari Sinoman adalah:

Sinoman/si·nom·an/ sekelompok pemuda yang membantu orang yang sedang mempunyai hajat sebagai pelayan tamu (terutama di pedesaan). [sumber]

Ya, salah satu tugas dan kewajiban kami sebagai sinoman kurang lebih sama seperti yang diuraikan dalam deskripsi tersebut. Saat melakukan kegiatan sinoman, kami biasa disebut dengan istilah Nyinom, barangkali ini lebih kepada aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh sinoman, makanya disebut dengan nyinom. Mohon koreksi bila kami keliru dalam mendeskripsikan.
Menata hidangan untuk tamu (dok 2008)
Bersiap menyuguhkan hidangan untuk tamu (dok 2008)
Anggota sinoman cewek (dok 2008)
Saat orang mau hajatan, biasanya jauh-jauh hari sudah melibatkan para sinoman dalam persiapan acaranya. Misalnya saja ketika orang mau menikahkan anaknya (mantu), mulai saat rubukan/ kumbokarnan, ulem, tarub, sampai saat hari H ketika acara dilaksanakan, sinoman terus terlibat aktif. Beberapa tugas sebagaimana kami sebut dalam setiap kegiatan tersebut diantaranya:

Rubukan/ Kumbokarnan
Acara ini membahas persiapan dan susuanan acara beserta dengan penentuan penanggungjawab masing-masing kegiatan

Ulem
Menyerahkan undangan kepada sanak saudara yang akan diundang dalam acara

Tarub
Mempersiapkan segala sesuatu terkait tempat dan aneka macam keperluan, misalnya pinjam meja kursi, pering gelas, dan sebagainya

Nyinom
Membantu orang yang sedang mempunyai hajat sebagai pelayan tamu dan memastikan acara berjalan lancar, utamanya dalam mempersiapkan konsumsi atau hidangan bagi para tamu

Ulih-Ulih
Entah apa istilah yang tepat, tapi di desa kami biasa menggunakan istilah ini untuk kegiatan merapikan atau membersihkan tempat hajatan setelah acara selesai digelar. Ini adalah kebalikan dari tarub, kalau tarub kami pinjam, saat ulih-ulih kami mengembalikan barang-barang yang kami pinjam sebelumnya.

Dari rangkaian kegiatan diatas bisa kami simpulkan bahwa itulah kami, kami adalah sinoman yang harus siap untuk menyediakan waktu, tenaga dan pemikiran kami untuk nyinom, membantu sesama, belajar bermasyarakat dan menempa diri agar kelak siap ketika membaur dalam masyarakat.

Perkumpulan Muda Mudi Kridho Mudho Ngesthi Susilo Ringin Putih

Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk sosial, karena tak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam bermasyarakat, ada banyak hal yang harus dipersiapkan, utamanya adalah pendidikan mental dan menumbuhkan jiwa sosial agar mampu membaur dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, butuh wadah yang bisa dijadikan kawah candradimuka bagi generasi muda agar kelak saat lepas dari masa remaja dan masa mudanya mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan bermayarakat.
Nyinom di acara resepsi pernikahan
Kami hidup bermasyarakat disebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Klaten, tepatnya berada di pedukuhan Ringin Putih, Desa Ringinputih, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Semenjak dahulu sudah mempunyai sebuah wadah yang menjembatani langkah muda mudi usia remaja atau usia muda untuk menjalani masa transisi sebelum terjun langsung ke masyarakat, di dukuh kami mempunyai perkumpulan muda mudi yang bernama Kridho Mudho Ngesthi Susilo.

Perkumpulan ini kami anggap sebagai tempat yang tepat untuk belajar banyak hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan khususnya. Seperti halnya sekolah, disini banyak ilmu yang bisa kami ambil, belajar dan berbagi bersama demi mewujudkan tumbuhnya pemuda yang bermanfaat bagi masyarakat, nusa dan bangsa.

[bersambung]